Negeri Senja
Judul : Negeri Senja
Pengarang : Seno Gumira Adjidarma
Penerbit : KPG
Tebal : 244
halaman
Rating :
4 dari 5
“Hidupku penuh dengan kesedihan – karena
itu aku selalu mengembara. Aku selalu berangkat, selalu pergi, selalu berada
dalam perjalanan, menuju ke suatu tempat entah dimana, namun kesedihanku tidak
pernah hilang. Kesedihan, ternyata, memang bukan sesuatu yang bisa
ditinggalkan, karena kesedihan berada di dalam diri kita. Aku selalu mengira
kalau melakukan perjalanan jauh maka kesedihan itu akan bisa hilang karena
tertinggal jauh di belakang, tapi itu tidak pernah terjadi. Ada segaris luka
dalam hatiku yang mendorong aku pergi jauh dari kampung halamanku dan sampai
sekarang belum kembali.”
——————————————————————————————————————————————
Novel
roman ‘Negeri Senja” karya Seno Gumira Ajidarma ini bercerita tentang catatan
seorang musafir/pengembara yang sedang melakukan perjalanan di sebuah negeri
yang tidak tercatat di peta, negeri ini ada tapi tiada, negeri yang miskin
dimana waktu seolah-olah tidak bergerak, karena selalu berada dalam keadaan
senja, matahari tertahan terus di cakrawala, tidak ada pagi, tidak ada siang,
tidak ada malam yang ada hanya senja. Negeri ini disebut Negeri Senja.
Bagi si pengembara sendiri, Negeri Senja adalah negeri
yang paling indah karena kegemarannya yang selalu mencari pesona senja ke
seluruh pelosok negeri. Namun ternyata, bukan hanya pesona senja yang dia
temukan di Negeri Senja. Di balik keindahan senja itu, dia temukan drama
manusia dalam permainan kekuasaan intrik, penindasan dan pembantaian.
Di Negeri Senja ini konon, dan memang hanya konon negeri
ini telah berdiri sejak 500 tahun semenjak pengembara itu terdampar di negeri
ini, dan sejak 200 tahun ini dipimpin oleh Puan Tirana seorang perempuan buta
yang memimpin dengan kejam di mana semua hal yang berbau pengetahuan dan
kebebasan pendapat merupakan hal yang sangat tabu dilakukan, ironis sekali, di
negeri yang sepertinya tiada pernah habis-habisnya cahaya senja yang teramat
indah itu, kata cinta tidak ada definisinya tidak di pikiran penduduknya bahkan
tidak juga ada dalam kamus bahasa “Antarbangsa – Negeri Senja dan Negeri Senja
– Antarbangsa yang dipunyai musafir itu. Karena cinta, kasih dan sayang telah
dihapus dari kamus bahasa negeri senja oleh Tirana. Penghapusan ini konon dan
memang hanya konon karena dilatarbelakangi sebuah pengkhianatan cinta yang
pernah dialami sang penguasa Tirana.
Naiknya
Tirana ke pundak kekuasaan diselimuti misteri. Tidak ada seorangpun saksi hidup
yang bisa berkisah tentang bagaimana perempuan itu bisa berkuasa. Ketika mereka
dilahirkan, Tirana telah menjadi penguasa Negeri Senja dan di negeri itu
catatan sejarah yang bisa dibaca tidak ada sama sekali.
Sebagai
pemimpin, Tirana melakukan pembersihan besar-besaran. Lawan-lawan
politik dari semua golongan disapu bersih, nyaris tanpa sisa. Siapa pun bisa
ditangkap, ditahan, dan dihukum mati dalam keadaaan apapun.
Dengan kemampuannya
membaca fikiran setiap orang yang terkena sinar senja dan pasukan khusus
beserta mata-mata yang dipunyainya dia bisa menghancurkan serta memberengus
semuanya, bahkan konon, dan memang hanya konon arwah para pemberontak pun akan
di penjarakannya dan selama itu pulalah semua penduduk Negeri Senja berbicara
seperlunya bahkan berfikirpun mereka batasi hanya pada tempat-tempat yang
gelap, di lorong-lorong yang gelap dan pengap dimana cahaya senja tidak bisa
menembus, mereka berani untuk berfikir dan berbicara tetapi itu pun hanya untuk
hal-hal yang dirasakan teramat sangat penting.
Oleh karea itu, rakyat Negeri Senja menjadi terbiasa hidup dalam
kegelapan dan selalu menghindari cahaya. Memang itulah yang dikehendaki oleh
Tirana agar rakyatnya selalu hidup dalam kegelapan seperti halnya dirinya yang
buta.
Mayat-mayat para cendekiawan
bergelimpangan di berbagai pojok gelap dengan luka tusukan. Pisau melengkung
menancap di dada, di punggung, atau merobek lembung sehingga usus, hati,
empedu, dan ginjalnya berhamburan di jalanan.
Sejumlah
rakyat yang merasa sudah sangat tertindas oleh kekuasaan sang Tirana,
bersama-sama menggalang kesatuan untuk menggerakkan perlawanan terhadap sang
penguasa. Mereka menamakan dirinya sebagai Partai Hitam. Namun di tengah usaha
pembunuhan Tirana dalam suatu pemberontakan yang dilakukan oleh kaum perlawanan
itu, Tirana yang memiliki kekuatan
seperti Tuhan namun bukan Tuhan membantai orang-orang dan membakar Negeri Senja
hingga hanya tersisa Istana Pasir tempat Ia dan pengikutnya berada.
Kekejaman
Tirana membuat Negeri Senja tak seindah senja, namun membuat hidup di Negeri
Senja terus dilingkupi kegelapan.
Menyaksikan
seluruh peristiwa mengerikan ini, si Pengembara tak tahan karena selalu dihantui
setiap hari sehingga memutuskan untuk meninggalkan Negeri Senja dengan segala
rahasia di dalamnya dan meneruskan perjalanan yang memang menjadi tujuan
hidupnya.
——————————————————————————————————————————————
Novel
ini begitu menarik dengan memainkan imajinasi pembaca dan membuat Negeri Senja
yang hanya “awang-awang” mampu terkesan nyata dan ada. Novel ini pun mampu
membuat pembaca tersadar akan realitas ke-negeri senjaan yang ada di dunia
nyata. Walaupun karya bersifat fiktif namun tetap mampu memberikan efek
realitas yang ada. Terlepas dari itu semua, Novel
Negeri Senja ini patut untuk dibaca dengan teliti dan penuh
penghayatan, sehingga mampu memaknai Negeri Senja tersebut.
Penasaran??? Langsung saja dapatkan
Novel Negeri Senja di toko buku terdekat, dan silakan dibaca. Terima kasih :)
Komentar
Posting Komentar