Bertahan


egoku kian merenggut separuh jiwaku
pikiran ingin menang sendiri selalu bergejolak dalam benakku
"tinggalkan saja", bisik sendu di ujung daun telinga
"untuk apa bertahan kalau yang akan dituai perpisahan?"

riak-riak luka yang pernah tergores mulai melebar
merasuk, menjalar hingga ke sukma
sakitnya bertahan tapi tak dihiraukan seakan tak berguna

"pembodohan" suara hati berbisik pelan
"tinggalkan" logika berkata lugas
sungguh sinkron mereka kali ini
seperti air dan gula yang melarut jika diaduk
demikian perasaan ingin bertahan, kukira akan berakhir manis
tapi nyatanya asin,
seakan berdiam hingga berujung dalam penderitaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi dan Sinopsis Novel Matahari - Tere Liye

Terbiasa dengan Luka

Hai, Aku Matilda