Bahagia Untuk Kesuksesan Orang Lain

*teruntuk temanku Pantun Turnip (Pertambangan Unpar, 2015)
Vincent adalah seorang anak laki-laki yang lahir ke dunia
dari keluarga yang sederhana. Ayahnya berdagang dan ibunya sebagai ibu rumah
tangga. Ia juga memiliki kakak bernama Sinta yang sekarang membantu ayahnya
berdagang. Selama ia sekolah, ia selalu mendapat beasiswa dengan tujuan meringankan beban kedua orangtuannya. Ia yang
kerap disapa CT oleh kedua orangtuanya itu memiliki cita-cita dan semangat yang
tinggi. Menjadi seorang dokter dan membahagiakan kedua orangtuanya merupakan
ambisi Vincent sejak kecil.
Saat
ini Vincent duduk di bangku kelas XI IPA dan ia bersekolah di SMA X, salah satu
sekolah favorit di kota Z. Ia baru saja memasuki tahun pelajaran baru. Memasuki
jurusan IPA bukanlah hal yang mudah baginya, persaingan yang ketat di sekolah
menuntut dia untuk terus berprestasi dalam belajar. Vincent memiliki teman
bernama Yosi, dan mereka berteman akrab.
Liburan
akhir tahun pelajaran hamper selesai, Vincent pun segera membereskan buku-buku
pelajaran barunya. Tiba-tiba, ponsel Vincent berdering. “one new message”,
Vincent pun melihat isi pesan tersebut, ternyata pesan dari Yosi.
“Cent, besok kita duduk barengan ya, kan kita uda sah jadi
sekelas. Hehe..”.
“Oke deh Yosi.. haha”. Balas Vincent. Vincent pun merasa
senang karena dia akan bertemu teman akrab di kelas barunya.
Vincent
berangkat ke sekolah dan ia segera berpamitan dengan kedua orangtuanya.
Sesampainya di sekolah, ia langsung bertemu dengan Yosi dan menuju kelas
barunya. Saat mereka duduk bersama, ternyata Yosi memiliki bau badan sehingga
Vincent tidak ingin terlalu dekat duduknya dengan Yosi.
Pelajaran
pertama pun dimulai, kami berdua mulai mencatat pelajaran di papan tulis.
“Eh kok catetnya pake pulpen warna warni sih? Gak pusing apa
lihatnya?”, Tanya Yosi.
Memang sudah kebiasaan Vincent
untuk mencatat pelajaran dengan tinta pulpen yang berbeda-beda agar ia lebih
mudah untuk memahami pelajaran.
“Ia memang dari dulu gue nyatetnya pake pulpen warna warni,
biar gampang masuk otak, hahaha.” Kata Vincent.
“Oh, ah gue ikutan juga ah, pinjam dong pulpen warna kamu.”
Jawab Yosi.
Vincent
merasa agak sedikit jengkel karena Yosi sok ikut-ikutan mengikuti caranya,
tetapi Vincent segera melupakan kejadian itu. Vincent langsung berpikir bahwa
Yosi merupakan orang yang sangat ambisius karena ia melihat Yosi akan mengikuti
segala cara untuk mendapatkan yang terbaik.
“Kriinnggg!” bel pulang sekolah pun berbunyi, Vincent segera
pualng dan berpamitan dengan Yosi.
“Dah Yos, gue balik duluan ya”, ujar Vincent.
“Oke deh Cent”, balas Yosi.
Sesampainya
di rumah, Vincent langsung mengerjakan PRnya sambil mendengarkan lagu.
Tiba-tiba ponsel Vincent bordering. Ternyata Yosi mengirimkan SMS ke Vincent.
“Eh ada PR apa aja sih untuk besok?” tulis Yosi dalam pesan
tersebut.
“PR kimia Yos. Hahah”, balas Vincent.
“kalau lusa?”, Yosi bertanya kembali.
“Wah, man ague tau..”, balas Vincent.
“Oh, lu lagi ngapain sekarang?”, balas Yosi.
“Lagi buat PR kimia nih. Hahha”, Vincent pun membalas pesan
Yosi kembali.
“Gila-gila Cent, rajin amat lu, gue juga mulai buat deh.”,
kata Yosi.
Tiba-tiba
terlintas dipikiran Vincent bahwa Yosi memang orang yang snagat ambisius dalam
nilai, tetapi Vincent tidak begitu mempermasalahkannya.
Pagi
hari di sekolah, Vincent segera masuk ke kelas untuk memulai pelajaran. Sama
seperti kemarin, Vincent duduk bersebelahan dengan Yosi.
“Coba lihat PR kimia lu dong Cent”, kata Yosi.
Vincent memberikan PR kimianya kepada Yosi.
“Wah gila lu Cent. Panjang banget jawabannya. Gua foto ya
buat nambah jawaban gue” ujar Yosi.
Tanpa
menjawab boleh atau tidak, Yosi langsung memotret jawaban milik Vincent, dan
ini membuat Vincent tambah jengkel terhadap Yosi. Satu lagi dari kejelekan Yosi
adalah kebiasannya untuk selalu ingin tahu urusan orang lain, atau biasa
disebut dengan orang kepo.
Pada
saat Vincent bercerita dengan Riris mengenai Yosi, Yosi langsung
mendorong-dorong badan Vincent dan Riris seolah-olah ingin ikut dalam
pembicaraan. Di saat yang sama, Vincent dan Riris langsung menhentikan
pembicaraan dan mengganti topic pembicaraan.
“Rese banget sih tuh orang, kepo banget tau gak sih!”, ucap
Rirris saat Yosi pergi.
“Iya, sekarang gue jadi agak kesel banget sama dia. Dia tuh
ambisius sama kepo banget deh Ris.”, ujar Vincent.
Istirahat
pun usai dan semua murid kembali ke kelas.
“Anak-anak besok ulangan Fisika ya, bab gejala gelombang dan
gema harmonic.”, kata Pak Silalahi mengingatkan.
“Cent, lu belajar dari mana aja buat besok?”, Yosi bertanya
kepada Vincent.
“Ya paling juga dari latihan sama baca catatan aja.”, jawab
Vincent.
“Oh, oke deh Cent.” Balas Yosi.
Vincent
sangat yakin di ulangan pertama ini, Yosi ingin mendapatkan nilai yang bagus.
Karena ia tahu bahawa Vincent adalah murid yang pintar, maka Yosi selalu ingin
mengikuti cara Vincent agar mendapat nilai yang bagus pula.
Setelah
pulang sekolah, Vincent tidur siang sebntar dan langsung belajar untuk ulangan
besok. Tiba-tiba, Yosi mengirim pesan.
“Cent, lu ada latihan soal punya kakak lu gak? Kalau ada
bagi dong.”
Vincent
memang memiliki latihan soal milik kakaknya karena kakaknya pernah bersekolah
di sekolahnya juga, akhirnya Vincent memberikan latihan soal milik kakaknya ke
Yosi.
“Udah, segini doing nih? Engga ada yang lain?”, kata Yosi.
“Dasar si Yosi, udah dikasih pinjam, malah gak percayaan.
Udah gitu engga bilang terimakasih lagi.” Piker Vincent yang mulai kesal dengan
Yosi.
Vincent
pun memutuskan untuk tdak terlalu dekat lagi dengan Yosi karena Vincent tidak
lagi merasa nyaman berteman dengan Yosi.
Keesokan
harinya ulangan fisika pun dimulai. Karena Vincent sudah belajar dengan giat, maka ia bisa mengerjakan soal-soal
ulangan fisika dengan baik.
“Aduh, tadi gue ngga bisa ngerjain dua nomor lain, ngga
dapat nilai 100 deh gue.”, Ucap Yosi selesai ujian.
“Ah, gue juga ngga terlalu bisa ngerjainnya. Hahha”, kata
Vincent.
Dugaan
Vincent selama ini benar, memang Yosi adalah murid yang haus akan nilai.
Berbeda dengan Yosi, Vincent tidak pernah pamer dan selalu rendah hati, ia
adalah orang yang tidak sombong.
Bel
istirahat pun dibunyikan, Vincent tidak lagi mau terlalu dekat dengan Yosi,
tetapi Yosi belum menyadarinya. Sejak saat itu Vincent mulai dekat dengan
Riris, Ray, dan Alex. Mereka berempat sering membicarakan tentang keburukan
Yosi.
“Eh, kalian lagi ngomongin apa sih? Ikutan dong.”, kata Yosi
tiba-tiba mengagetkan.
Kami
pun langusng diam dan senyunm satu sama lain. Lalu mungkin tiba-tiba Yosi
menyadari bahwa ia ditolak oleh mereka berempat sehingga Yosi langsung pergi ke
luar kelas. Lalu kami melanjutkan pembicaraan kami.
Satu
minggu berlalu, dan ulangan Fisika pun dibagikan.
“Ary, Bella, Fany, Gita, Gleen..” kata Pak Silalahi sambil
membagikan kertas ulangan. “Vincent, selamat kamu mendapatkan nilai tertinggi
yaitu 100.” Lanjut Pak Silalahi.
Satu
kelas pun ramai dan bersorak-sorak memberikan selamat kepada Vincent. Lalu
tiba-tiba Yosi berkata,
“Sialan! Uhh, gue harus lebih rajin!.”
Mendengar
demikian, Vincent merasa bahwa Yosi tidak senang ketika Vincent mendapatkann
nilai lebih tinggi darinya. Vincent pun menjadi bingung, dan ia berpikir bahwa
jika anda seorang teman yang baik, anda seharusnya senang ketika seorang
temannya mendapatkan nilai bagus.
Mulai
saat itu, Vincent tambah kesal dengan sikap Yosi yang egois seperti itu. Sepulang
sekolah, Vincent menceritakan mengenai hal tersebut .
“Bu, si Yosi itu orangnya menyebalkan ya, dia iri karena aku
mendapat nilai yang lebih bagus darinya.”
“Biarin aja, orang yang sirik seperti itu gak akan pernah
menang.”, kata ibunya.
Vincent
berpikir, bahwa perkataan ibunya benar, maka sejak saat itu,ia mengabaikan
apapun yang dikatakan oleh Yosi. Vincent juga bercerita kepada teman-teman
lainnya mengenai Yosi.
“Udahlah Cent, abaikan aja tuh omongannya si Yosi, orang
seperti itu ga bakal sukses.”, kata teman-temannya.
Perasaan
tertekan Vincent semakin hari semakin hilang karena teman-teman lainnya selalu
mendukung dan mendampingi Vincent.
Persahabatan
Vincent dan Yosi semakin hari semakin
renggang. Sejak saat itu, Yosi jarang mengirim SMS kepada Vincent. Tidak hanya
Vincent yang merasa kesal dengan Yosi, tetapi hamper semua murid dikelas tidak
senang dengan perilaku Yosi. Semakin hari Yosi semakin dijauhi oleh
teman-temannya sekelas. Ia masih belum sadar akan perilakunya yang membuat
orang lain jengkel. Vincent berpikir, setiap orang memiliki mata, maka mereka
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Itu yang membuat Vincent
sadar bahwa teman-teman lain juga bisa menilai sikap Yosi dan memilih mana
teman yang baik dan mana teman yang buruk. Vincent melihat tidak ada perubahan
sedikitpun pada sikap ambisius dan sombong dalam diri Yosi.
“Vincent, kenapa sih satu kelas pada jauhin gue tiba-tiba?
Emang gue ada salah apa sih?”, Tanya Yosi tiba-tiba.
“Lihat saja diri lu sendiri, ada yang salah atau enggak,
karena orang lain marah pasti ada sebabnya Yos.” Jawab Vincent, lalu
meninggalkan Yosi tanpa mendengar jawaban dari Yosi lagi.
Ulangan kenaikan kelas hamper tiba, semua murid termasuk Vincent dan Yosi mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk meraih juara kelas. Tentu ini kesempatan bagi Vincent untuk mendapatkan kembali beasiswa untuk tahun ajaran baru. Di saat-saat terakhir kelas XI, Vincent pun menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya sedangkan Yosi belajar terus-menerus untuk mendapatkan juara kelas. Vincent tidak takut akan hal tersebut, ia tidak takut akan dikalahkan oleh Yosi, karena Vincent hanya berusaha semaksimal mungkin bukan melebihi kapasitas maksimal, karena Vincent berpikir bahwa hidup bukan hanya untuk belajar, ada kalanya kita harus menyenangkan diri kita sendiri. Setelah Ulangan Kenaikan Kelas selesai, para murid hanya menunggu waktu untuk pengambilan raport.
Ulangan kenaikan kelas hamper tiba, semua murid termasuk Vincent dan Yosi mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk meraih juara kelas. Tentu ini kesempatan bagi Vincent untuk mendapatkan kembali beasiswa untuk tahun ajaran baru. Di saat-saat terakhir kelas XI, Vincent pun menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya sedangkan Yosi belajar terus-menerus untuk mendapatkan juara kelas. Vincent tidak takut akan hal tersebut, ia tidak takut akan dikalahkan oleh Yosi, karena Vincent hanya berusaha semaksimal mungkin bukan melebihi kapasitas maksimal, karena Vincent berpikir bahwa hidup bukan hanya untuk belajar, ada kalanya kita harus menyenangkan diri kita sendiri. Setelah Ulangan Kenaikan Kelas selesai, para murid hanya menunggu waktu untuk pengambilan raport.
Hari
pengambilan raport pun telah tiba, tidak disangka-sangka, Vincent meraih juara
umum di antara kelas XI IPA. Orangtuanya sangat bangga pada Vincent dan ia
berhasil meraih beasiswa. Yosi merasa frustasi karena ia tidak meraih juara
pertama, padahal ia berpikir bahwa ia telah belajar sangat maksimal.
Lalu,
Vincent berkata kepada Yosi,
“Orang yang sirik, sangat ambisius dan tidak senang akan
kesuksesan orang lain, tidak akan
merasakan kesuksesan pada dirinya.”
Keren ya putri, lanjutkan. Di tunggu cerita tentang aku hehehe :)
BalasHapushaha oke tin, menyusul :D
BalasHapus