Jatuh Cinta di Tepi Laut
Tiba- tiba telepon berdering.
"Hei tri.! Kita akan liburan beberapa hari ke Danau Toba. Apakah kamu akan ikut?"
"Ah mana mungkin. Tapi saya sangat senang ke sana."
"Bagian terbaiknya adalah, Dear juga ikut."
Rafri tau kalau saya suka sama Dear. Dia adalah pianis yg tampan dan sepelayanan saya di gereja. Tingginya seratus delapan puluh sentimeter. Dan, ia punya mata cokelat yang meneduhkan.
"Raf, kamu memang yg terbaik."
Saya menutup telepon dan mulai packing. Lalu horoskop saya berkelebat dalam pikiran saya. Danau Toba juga bisa seperti semacam laut, pikir saya.
Ketika kami tiba di penginapan, kami langsung sibuk masing-masing. Ada yg sibuk memasak untuk makan malam, ada yg bermain gitar, ada yg mulai duduk di tepi danau.
Saya menghabiskan waktu di tepi danau. Bermimpi tentang apa yg akan terjadi saat Dear menemui saya. Saya membayangkan kata-kata yg akan kami katakan kepada satu sama lain. Senyum lebarnya. Mata coklatnya yg teduh. Saya benar-benar kehilangan terhadap dunia nyata.
Keesokannya kami memilih bermain banana boat, awalnya saya menolak karena saya takut tenggelam, lagipula saya tak tau berenang. Tetapi ia menarik tangan saya, mengajak untuk ikut dan matanya seolah berbicara kalau dia akan menjaga saya. Akhirnya, saya tak dapat menolaknya.
Malamnya, kami menghabiskan banyak waktu bersama. Ia mencoba bermain gitar dan bernyanyi untuk saya. Saya hanya tertawa karena permainan gitarnya tak sebagus permainan pianonya. Ia jg tertawa dan memutuskan berenang lagi malam itu, karena ia memang pandai berenang.
Paginya sebelum kami akan pulang, Dear duduk di samping saya.
"Ini, untukmu." Ia mengeluarkan sebuah gelang berwarna merah dari sakunya dengan huruf "W.W.J.D." dianyam di dalamnya.
"Ohh, Ya terima kasih." Saya sudah melihat anak-anak disekolah memakainya. "What Would Jesus Do, betul?"
"Ya." katanya. Baiklah mari kita berkemas karena kita akan pulang. Saya ingin kamu memakai gelang itu. Kamu benar-benar istimewa."
Selesai berkemas, saya hanya menyendiri sambil duduk tersenyum dan tak berbicara banyak dengan siapa pun. Saya jg memakai gelang baru saya. Dan kami pun pulang.
Sisa liburan cukup menyenangkan, tetapi jelas tidak seperti apa yg sudah saya rencanakan. Mimpi saya berpasangan dengan Dear telah gagal. Kembali ke rumah, saya melemparkan koper saya di atas tempat tidur dan mulai membereskan barang-barang. Gelang berwarna merah dari Dear menarik perhatian saya.
W.W.J.D.?
Saya melihat gelang itu lagi.
Hari minggunya, saya pergi ke gereja. Dan saya sungguh-sungguh menikmatinya. Saya mendapati diri saya datang kembali pada minggu berikutnya walaupun sendirian. Ada sesuatu saat berada di gereja membuat saya merasa positif dalam hidup, berharap dan bersemangat menghadapi masa depan. Itu adalah perasaan yg sama yg saya rasakan saat berbicara dengan Dear tentang hal-hal mendalam, hal-hal yg berharga. Ketika minggu demi minggu lewat, saya mulai mengerti bagaimana saya merasa pasti bahwa Allah itu nyata.
Akhirnya karena sering bertemu di gereja dengan Dear tak membuat saya jatuh cinta lagi. Tetapi gelang W.W.J.D. itu menjadi perhiasan favorit saya. Dan hari-hari ini, Allah adalah bagian hidup saya yg paling nyata dan yg penting.
Saya tak pernah membaca horoskop lagi, walaupun dengan cara yg aneh apa yg dikatakannya untuk saya benar hari itu. Saya memang jatuh cinta di tepi laut, tetapi bukan kepada Dear. Saya jatuh cinta kepada Allah pada liburan itu. Dan itu adalah kisah cinta yg saya tahu akan ABADI.
Komentar
Posting Komentar