Terbiasa dengan Luka




Judul               : Broken
Pengarang        : Lilis Suryani
Penerbit           : Aria Media Mandiri
Tahun Terbit      : 2017
Tebal buku        : 396 hlm.
ISBN                : 978-602-6657-50-3
Ukuran dimensi buku : 13x19cm

“Diammu adalah gambaran jelas luka di hatimu. Aku mengerti itu. Sebagian orang memilih diam karena ia tahu kalau tidak akan ada yang lebih mengerti rasa sakitnya selain hatinya sendiri.” – Gibran Emeraldi Utama.

Yeayy.. akhirnya kesampain juga baca Broken-nya Kak Lilis Suryani. Berawal dari iseng-iseng ikutan give away di Instagram solusibuku maka jadilah buku ini sampai ke pelukan.

Broken, menceritakan bagaimana seorang gadis belia berusia tujuh belas tahun, Belva Aura Naila Shafa pernah jatuh cinta pada seorang Raka Christian yang pada akhirnya meninggalkan serangkaian kebohongan hingga Aura tidak lagi menjadi seorang gadis yang lembut, ramah dan perhatian. Ia seperti tidak semangat lagi dalam hal mencintai, tak mudah ia menghapus kenangannya dengan Raka.

Hingga, Gibran Febrian Emeraldi Utama seorang cucu pemilik sekolah yang nakal, jahil dan manja menyukai Aura. Awalnya Gibran tidak berani menunjukkan perasaannya hingga akhirnya secara perlahan, Gibran bisa membuat Aur (panggilan khas Gibran) tersenyum kembali setelah rasa kehilangannya. Gibran mulai berubah dari sosok yang manja menjadi lebih mandiri untuk mendapatkan hati Aur, karena Aur tidak suka dengan lelaki cengeng dan manja, karena seorang lelaki itu harus kuat dan mandiri. Dengan dorongan tersebut, Gibran memperbaiki perilakunya setelah Aur mau membuka sedikit celah di hatinya untuk Gibran.

Setelah Gibran dan Aur bersama, banyak cobaan yang harus Gibran lalui. Gibran terkena kanker dan harus menjalani kemoterapi, meskipun pada awalnya Gibran tidak mau kemoterapi. Jangankan kemoterapi, melihat jarum suntik saja Gibran ketakutan setengah mati. Kelas yang biasanya ribut dan rusuh dengan kehadiran Gibran, kini menjadi sepi dan semua siswanya seperti kehilangan semangat untuk mengikuti pelajaran. Semakin hari, keadaan Gibran semakin memburuk tapi ia tetap berusaha untuk membuat Aur tersenyum dengan cara menyiapkan kencan pertama mereka sekaligus ulang tahun Aur yang penuh kejutan. Gibran, Fauzi dan Dania menyulap sebuah rumah kayu menjadi perpustakaan pribadi, dengan pernak-pernik unik di dalamnya. Gibran tahu bahwa Aur novel addict, jadi sebelumnya Gibran sudah membeli novel  yang cukup banyak untuk Aur dan Aur merasa senang dengan apa yang telah disiapkan oleh Gibran. Saat seperti ini, orangtua Gibran merasa khawatir dengan keadaan Gibran yang semakin memburuk, tapi justru ia tidak peduli dengan penyakitnya. Ia malah sibuk mencari cara untuk membuat Aur tersenyum.

“Ternyata benar, cinta identik dengan kehilangan.”
Tak berapa lama setelah kencan pertama dan perayaan ulang tahun Aur, keadaan Gibran semakin parah, seringkali ia muntah disertai bercak darah dengan warna gelap. Hingga suatu pagi, Devan ayah Gibran mengetahui bahwa Gibran sudah tidak bernapas lagi. Inka, bundanya Gibran tidak menerima kalau Gibran sudah tiada. Ia menganggap Gibran tidak mau bangun adalah karena mungkin Gibran marah kepadanya atau ia teah berbuat salah karena tidak menemani Gibran selama di rumah sakit. Devan memeluk sedih istrinya itu, ia menyarankan Inka agar mengikhlaskan kepergian putra mereka, Gibran.

Aur, Fauzi dan Dania telah mengetahui hal ini merasa sangat terpukul. Mereka tidak percaya jika Gibran, sahabat mereka sudah tiada. Yang tinggal hanya kenangan mereka saat di sekolah. Aur belum sanggup kehilangan Gibran, karena Gibranlah yang membuat Aur mampu tersenyum dan jatuh cinta kembali, serta melupakan rasa sakitnya. Tapi, kini ia harus terluka untuk yang kedua kalinya. Dengan saran Inka, Aur pun belajar mengikhlaskan Gibran dan ia akan berjanji akan selalu mengingat bahwa Gibran pernah hadir dan mengisi hari-harinya.

Pada akhirnya mereka yang sudah tak sanggup menghalau kesakitannya benar-benar akan pergi...
Melepas apa yang sebelumnya mereka miliki...
Menghapus semua kenangan indah yang sempat terekam dalam memori...
Mengubur dalam impian besar yang sempat diikrarkan dalam hati...
Bukan ratapan yang ingin disampaikan...
Bukan keputusasaan yang ingin diperlihatkan...
Tapi proses panjang ketika mereka berperang dengan kesakitan...
Hingga akhirnya diterbangkan jauh menuju keabadian...

Komentar

  1. Ini sad ending ya? Tolong infonya dong. Aku gak sanggup baca kalo sad ending. Tolong dijawab ya.. makasih..

    BalasHapus
  2. The Dog House - Riverside, CA Casinos - Mapyro
    See 강릉 출장마사지 what your friends are saying about The 군산 출장샵 Dog House. By creating an account you 밀양 출장마사지 are able to follow friends and experts you 울산광역 출장안마 trust and see 청주 출장안마 the places they are

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi dan Sinopsis Novel Matahari - Tere Liye

Hai, Aku Matilda