Satu Hari Bersamamu


Judul                : Satu Hari Bersamamu (For One More Day)
Pengarang       : Mitch Albom
Penerjemah     : Olivia Gerungan
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit   : 2016
Urutan Cetakan:Kelima
ISBN                 : 978-602-03-3340-3
Tebal                 : 248 hlm.
Ukuran Dimensi Buku: 20 cm



“KUHARAP kau tak pernah mendengar kata-kata itu. Ibumu. Dia meninggal. Kata-kata itu berbeda dengan kata-kata lain. Kata-kata itu terlalu besar untuk telingamu. Kata-kata itu bagian dari sebuah bahasa asing, berat, kuat, yang berbenturan di luar kepalamu, bola dengan kekuatan menghancurkan yang menghajarmu lagi dan lagi, sampai akhirnya kata-kata itu membuat lubang yang cukup besar untuk masuk ke otakmu. Dan dengan begitu, kata-kata itu menghancurkanmu.”

————————————————————————————————————

Charles "Chick" Benetto, seofrang mantan pemain bisbol yang memiliki riwayat hidup nan rumit. Buku ini berisi tentang kisahnya dengan sang ibu yang telah meninggal, dan ketika ia mendapatkan satu hari bersamanya lagi.
Dan pertanyaan berikut ini: "Apa yang akan kau lakukan seandainya kau diberi satu hari lagi bersama orang yang kau sayangi, yang telah tiada?

Chick Benetto begitu mereka memanggilnya,  adalah anak dari pasangan Leonardo dan Pauline Benetto. Ketika masih kecil, Chick Benetto diminta oleh ayahnya untuk memilih hendak menjadi “anak mama atau anak papa, tapi tidak bisa dua-duanya”. Maka ia memilih ayahnya, memujanya, namun sang ayah pergi begitu saja ketika Chick menjelang remaja, dengan alasan yang tak jelas. Chick dan adiknya Roberta, dibesarkan oleh ibunya seorang diri, meski sering kali merasa malu akan keadaan ibunya serta merindukan keluarga yang utuh. Dia benar-benar tak dekat dengan ibunya, dan selalu mengecewakannya, bahkan ketika hari-hari terakhir saat ibunya akan meninggal.

Ketika Chick menyadari bahwa keluarganya telah hancur, dan menganggap dirinya tak berguna lagi, ia pun beralih ke minuman keras dan berujung pada percobaan bunuh diri. Tetapi gagal. Ia justru dibawa kembali ke rumahnya yang lama dan menemukan hal yang mengejutkan. Ibunya, yang meninggal delapan tahun silam, masih tinggal disana, dan menyambut kepulangannya seolah tak pernah terjadi apa-apa. Dari sinilah perjalanan Chick selama satu hari bersama ibunya dimulai.

Mitch Albom menuliskan cerita ini dengan alur maju-mundur yang membuat saya semakin penasaran dengan endingnya. Begitu juga dengan gaya bahasa yang indah dan mengesankan, tak heran saya kerap kali terbawa emosi ketika membacanya. Ketika membaca daftar yang dibuat Chick perihal “Saat-saat Ketika Aku Tidak Membela Ibu” dan “Saat-saat Ketika Ibu Membelaku” yang muncul berseling-seling sebagai judul di hampir setiap bab saya merasa terharu dan ingin meneteskan air mata. Pada bagian itu juga Chick menyadari bagaimana besar pengorbanan yang sudah diberikan ibunya demi membesarkan dirinya dan adiknya Roberta dan betapa Chick berkali-kali menyakiti hati ibunya tanpa ia sadari, dan ia tidak pernah benar-benar mengenal ibunya.

Lewat perjalanan 1 hari bersama ibunya pula Chick menyadari betapa besar kasih sayang ibunya pada dirinya dan ia akhirnya mengetahui satu rahasia besar keluarganya yang selama ini disimpan ibunya. Ibunya membuka apa yang selama ini tak terlihat oleh Chick, beberapa kisah dirinya yang tak pernah ia kisahkan pada anaknya. Yang terpenting dalam segala hal yang ia alami selama hidupnya, ia memiliki Chick dan Roberta sebagai alasan untuk terus menjalani hidup, meski tak mudah. 

“Aku melakukan apa yang penting bagiku,” katanya. “Aku menjadi seorang ibu.”

Dan bersamaan dengan itu hati Chick pun dipulihkan.

Dalam buku tersebut, kisah Chick Benetto adalah kisah nyata yang diceritakan kepada Albom saat berkunjung ke Pepperville Beach. Albom menuliskan cerita dengan menyisipkan catatan-catatan pribadi Chick diantara bab, ia juga menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga terkesan bahwa kita tengah mendengarkan sendiri kisahnya. Selain menyuguhkan kemampuan menulis yang luar bisa, novel ini menyuguhkan topik cerita yang abadi, yaitu hubungan antara ibu dan anak. Albom juga memberikan ending yang sangat menyentuh di akhir cerita ini.

Buku ini akan membuatmu meneteskan air mata karena merindukan ibumu. Percayalah, bahwa satu hari bersamanya tak akan pernah cukup bila kau tahu apa yang banyak ia korbankan untukmu.

“Berbagi kisah tentang mereka yang telah pergi adalah cara kita menjaga supaya tidak benar-benar kehilangan mereka. Dan satu hari yang dilewati bersama seseorang yang kausayangi bisa mengubah segalanya.”






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi dan Sinopsis Novel Matahari - Tere Liye

Terbiasa dengan Luka

Hai, Aku Matilda