Naima



 Oleh: Putri Kesuma Sipayung
NPM: 15110045      


          
             Pada hari Sabtu yang lalu, aku dan ibu pergi ke swalayan untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Baru kali ini ibu mengajakku berbelanja, karena biasanya ibu pergi dengan kakak atau ayah. Tapi, hari ini ibu mengajakku karena kakak sedang berlibur bersama temannya dan ayah sedang bertugas di luar kota. Sebelum pergi ke swalayan, aku meminta kepada ibu agar di swalayan nanti aku akan membeli ice cream stroberi kesukaanku dengan uang tabunganku sendiri, dan ibu mengiyakan.
            Di dalam swalayan, ibu mengajakku ke sebuah toko pakaian lebih dulu. Ketika ibu sedang memilih gaun untukku, aku hanya duduk di depan cermin dan memainkan rambutku. Lalu, aku melihat dua orang masuk dengan pakaian yang usang. Nampaknya mereka seperti seorang ibu dan anak. Mereka berkeliling toko dan membawa barang belanjaan. Aku berdiri, berjalan ke depan pintu toko dan memperhatikan mereka yang keluar dari toko pakaian menuju toko bahan-bahan pangan.
            “Naima, ngapain di situ? Sini cobain baju ini dulu” panggil ibu sambil berjalan ke arahku dan mencocokkan baju itu untukku. “Nah, ini bagus. Kamu suka?” ibu bertanya padaku.
            “Iya bu, Naima suka.” Jawabku pada ibu.
            “Sekarang yuk kita bayar bajunya dulu baru kita beli apa?” Tanya ibu lagi.
            “Ice cream stroberi” Jawabku penuh semangat.
            Setelah membayar pakaian yang ibu pilihkan, kami pergi menuju bahan-bahan pangan. Lalu aku melihat kedua orang yang tadi. Mereka masih di sana memilih barang-barang  belanjaan yang mereka perlukan. Ketika ibu dan aku selesai berbelanja, kami menuju tempat kasir untuk membayar. Ternyata kedua orang tadi sudah lebih dulu sampai di sana. Kami tepat berada di belakang mereka. Aku memperhatikan barang-barang yang dikeluarkan dari keranjang belanjaan di depan kasir, dan aku mendengar wanita yang paling tua menanyakan sudah berapa jumlah yang harus mereka bayar, mungkin uang mereka tidak cukup untuk membayarnya.
            Ketika kasir menjumlahkan semuanya, ternyata uang mereka memang tidak cukup. Lalu, wanita yang paling tua itu memilih beberapa barang belanjaan yang terpaksa untuk dikembalikan. Lalu aku merogoh kantong celanaku untuk mengambil selembar uang dua puluh ribuan dan memberinya kepada wanita itu. Padahal itu adalah uang untuk membeli es krim rasa stroberi kesukaanku.
            Wanita itu sangat kaget dan berkata, “Saya tidak bisa menerimanya nak.”
            “Tidak apa-apa bu. Tidak apa-apa Naima tidak jadi membeli ice cream stroberi. Ibu pasti perlu semua barang belanjaan itu, jadi terimalah uang ini bu.”
            Ibu terdiam dan melihatku memberikan selembar uang dua puluh ribuan kepada wanita itu dan wanita itu menerimanya. Wanita itu lalu memegang tanganku dan tangan ibu dengan mata berkaca-kaca ia berkata, “Terima kasih banyak, semoga Tuhan memberkatimu.”
            Ibu tersenyum lalu ia memelukku dan mencium pipiku, ia juga berkata bahwa kali ini ibu yang akan membelikan ice cream stroberi untukku. Kemudian, aku dan ibu meninggalkan toko itu setelah kami membayarnya. Keesokan harinya ketika ayah dan kakak pulang, aku lalu menceritakan hal itu kepada mereka. Kakak dan ayah senang mendengarnya, lalu mereka bergantian memelukku dengan perasaan haru dan menyenangkan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi dan Sinopsis Novel Matahari - Tere Liye

Terbiasa dengan Luka

Hai, Aku Matilda